Muslim tapi belum bisa shalat 5 waktu. Shalat selalu menjadi pilihan ‘kalau sempat’ disela-sela kesibukan. Seperti saat waktu dhuhur, dimana seseorang terlalu sibuk untuk pergi ke tempat wudhu dan melaksanakan shalat. Seperti saat waktu ashar, dimana seseorang sering terjebak macet atau buru-buru untuk segera pulang. Banyak hal yang menjadi alasan seseorang untuk melalaikannya, tapi apakah memang Allah menyuruh hamba-Nya shalat tanpa bisa melihat kesibukannya? Memberikan kewajiban yang tidak bisa dipertanggung jawabkan? Kenapa Allah yang harus mengerti hamba-Nya, sementara Dialah yang menciptakan dan memberi nafas.
Via Brilio.net
Allah tidak membebankan sesuatu yang tidak bisa ditanggung oleh hamba-Nya.
Allah tidak akan membebani seseorang dengan tanggungan 5 waktu sehari jika ia tidak mampu melakukannya. Bahkan secara keseluruhan, dari waktu 24 jam, Allah hanya menuntut 5 waktu yang jika dijumlahkan tidak akan sampai 1 jam untuk seseorang yang hanya mendirikan shalat tanpa dzikir panjang setelahnya. Allah sendiri berfirman;
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Q.S. Al-Baqarah 2:286)
Allah memberikan imbalan dari kebaikan yang diusahakan, bahkan jika masih dalam batas ‘niat’ Ia memberikan imbalan pahala. Dan seperti sebuah remisi, Allah hanya menghitung keburukan jika seseorang mengerjakannya, dengan kata lain Allah tidak akan menghitungnya selama masih sebatas niat. Maka berniatkah kita untuk melaksanakan shalat 5 kali sehari? Sebatas niat yang tidak pernah dikerjakan hingga kita merasa bahwa kita menyepelekan niat itu sendiri?
Shalat itu untuk diri sendiri.
Telah banyak pakar kesehatan yang mengatakan bahwa shalat 5 waktu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dari aliran darah yang harus dikirim ke otak saat sujud, sampai terapi untuk ketenangan jiwa. Bahkan tidak hanya shalat 5 waktu, shalat tahajud juga diyakini dapat menurunkan hormon pemicu stress dan depresi, begitupun shalat-shalat lain yang memiliki keutamaan masing-masing untuk tubuh dan kejiwaan manusia. Maka dimanakah letak keegoisan Allah sehingga Ia menyuruh sesuatu yang tidak bisa dikerjakan hamba-Nya?
Shalat adalah memberikan hak untuk Allah sekaligus kewajiban untuk pribadi.
Memberikan apa yang dibutuhkan tubuh adalah kewajiban. Makan, minum, tidur, adalah tiga bentuk lain dari kewajiban yang harus dilaksanakan agar tubuh tetap sehat. Namun berbeda dengan makan, minum, dan tidur yang hanya sebatas kewajiban untuk diri sendiri, shalat jauh lebih kompleks dengan adanya keterkaitan hak kepada Allah S.W.T. Kalau kita bisa melaksanakan kewajiban tanpa ada kaitannya dengan hak Allah, seharusnya kita lebih bisa untuk melaksanakan kewajiban yang ada kaitannya dengan hak Allah.
Shalat adalah jalan untuk menjadi muslim yang lebih baik.
Bagaimana jika seseorang yang shalat tetapi tetap bersikap buruk terhadap orang lain? Suka berkata kasar, memukul istri, berkhianat, korupsi, dan lain sebagainya? Maka ia harus berusaha untuk menyadari bahwa hubungan tidak hanya sebatas dengan Tuhan semata. Selain itu, memperbaiki shalat juga dapat menjadi solusi. Karena berapa banyak orang yang shalat tetapi tidak merasa sedang shalat? Pikirannya ada disatu sisi yang lain, sementara tubuhnya terus bergerak mengikuti irama yang ia hafal.
Bagaimana dengan seseorang yang baik kepada setiap orang tetapi jarang shalat 5 waktu? Ia harus lebih menyadari bahwa alam seisinya ini tidak berjalan dengan sendirinya. Ada yang memegang kendali hidupnya dan itu hanya dapat berubah serta akan menjadi lebih baik dan terjaga jika dilandasi dengan doa. Dan doa itu terbungkus seluruhnya dalam shalat. Karena shalat adalah jalan untuk menjadi muslim agar menjadi lebih baik.
Oleh: Retno Dwi Ningsih dari kajian ustadz Nouman Ali Khan.
No comments:
Post a Comment