Via keepo.me |
- Kapan wisuda?
Pertanyaan yang entah perlu dijawab atau tidak ini lebih menakutkan daripada ditanya kapan bayar uang kos? Kapan wisuda, bagaimana kalau dijawab,
“Emang situ mau ngajak nikah? Kok tanya-tanya.”
“Entah, kalau ngga januari, ya desember.”
“Kalau ngga hujan dan gedungnya ngga kebanjiran aja.”
Atau jawablah seadanya dengan kepasrahan hati, “Nanti kalau skripsinya udah kelar.” Dengan demikian maka mahasiswa akhir akan lebih cepat move on dari satu orang yang bertanya. Karena mahasiswa akhir harus move on dari banyak orang.
- Kapan Nikah?
Pertanyaan yang serupa tapi tak sama. Nikah kalau udah lulus kan, maksudnya?
“Nanti kalau undangannya udah jadi.”
“Nanti kalau calonnya ngga lari lagi.”
“Nanti kalau udah lulus.” Dan jawaban ini mengakibatkan pertanyaan lain lagi yang justru jauh lebih mengerikan. Tetapi jawablah dengan jujur, kalau perlu buatlah sejenis jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sejenis, agar nanti kalau ditanya lagi dan lagi, kita punya jawaban dan cukup memutar ulang.
- Udah Semester Berapa?
Kalau pertanyaan itu berlanjut sampai tahap ini, maka jawablah dengan angka. Semester sembilan, sepuluh, atau sebelas. Kenapa? Karena kalau dijawab semester akhir, nanti pertanyaan lanjutannya lebih bikin sakit perut lagi. Contohnya, udah skripsian dong?
- Udah Bab Berapa?
Tetap fokus dan jangan alihkan pandangan, itu tampak sangat mencurigakan. Jawablah dengan santai kalau lagi bikin bab dua, walaupun bab satu masih dimeja dosen dan masih belum kunjung dikoreksi. Kenapa bab dua? Karena jawaban ini sebagai jawaban yang cukup ‘kurang jelas’ tetapi masih memiliki makna kejujuran. Bab dua bisa berarti kita telah menyelesaikan bab satu, walaupun hasilnya belum pasti. Bab dua juga berarti kita telah mengerjakan skripsi. Kalau dijawab dengan ‘jalan bab 3’ nanti menimbulkan pertanyaan lain seperti, “emang bahas apa? Tema skripsimu tentang apa?” maka jangan dijawab dengan jawaban itu.
- Jadi Rencana Mau Berapa Tahun Lagi?
Nyengir. Entahlah. Jangan menjawabnya dengan jawaban yang seolah mengartikan bahwa kamu orang malas. Skripsi tak kunjung selesai bisa jadi karena berbagai faktor, seperti sibuk kerja, sibuk traveling, sibuk ini itu. Jawablah dengan santai, “setengah tahun lagi, ngga sampai satu tahun, kok.” Jangan lupa dengan senyum manis.
Rasanya memang seperti malaikat maut bersama mahasiswa akhir, karena setiap pertanyaan yang diajukan keluarga, teman, sampai pacar itu membuat badan panas dingin, kepala pusing, dan sakit perut. Entah berapa lama lagi, yang jelas skripsi pasti berlalu, tetapi dengan catatan kamu nyicil setiap harinya dengan selembar demi selembar. Kalau didiamkan, nanti laptop keburu susah hidup dan kertas-kertas dimakan tikus. Dan tentu saja, tetap semangat itu penting. –Rdn-
No comments:
Post a Comment