Via nationalgeographic.co.id |
- Berpikir Positif untuk Menguatkan Cara Pandang
Berpikir positif jenis ini digunakan seseorang untuk mengukuhkan cara pandangnya tentang sesuatu. Dengan demikian , ia akan merasa pandangannya benar walau hasilnya negatif. Contohnya, perokok yang membenarkan pendapatnya tentang merokok. Menurutnya, rokok bisa menenangkan saraf dan membuatnya stabil dalam bekerja atau berinteraksi dengan anak-anaknya. Karena itu ia merokok agar tetap stabil.
Jenis cara berpikir seperti ini dapat berguna jika dipakai untuk mengukuhkan satu gagasan yang membantu diri sendiri dan orang lain. Contoh cara berpikir positif untuk menguatkan pendapat adalah cara berpikir Roger Panster, juara dunia lari seratus meter, yang mendengar pendapat seseorang komentator bahwa makhluk apapun di muka bumi ini tidak mungkin menempuh jarak satu mil dalam tempo tiga menit. Panster tidak mengomentari pendapat ini, tapi ia yakin dapat melakukannya. Ia tidak buang-buang waktu dengan berdebat. Ia segera berlatih lari sejauh satu mil dalam tempo tiga menit.
Seperti biasa, orang-orang yang merasa dirinya tidak akan berhasil mengkritik dan mematahkan semangat orang lain. Kritik mereka cukup pedas, tetapi Roger Panster tidak mengindahkannya. Olok-olokan mereka tidak didengarkan. Ia terus berusaha lari sejauh satu mil dalam tempo tiga menit. Dalam waktu kurang dari enam bulan ia menjadi orang pertama yang berhasil melakukan itu. Ia berhasil menghancurkan jaring-jaring pikiran negatif. Ia berhasil mengukuhkan pendapatnya bukan dengan ucapan, melainkan dengan tindakan.
Lebih mengagumkan lagi, pada tahun yang sama, 26 orang lainpun dapat berlari menempuh jarak satu mil dalam tempo tiga menit. Kok bisa? Sebab disana ada orang yang mengatakan, “Mungkin, mungkin, dan mungkin. Jika mungkin bagi seseorang maka mungkin juga untukku.”
- Berpikir Positif Karena Pengaruh Orang Lain
Seseorang dapat berpikir positif karena pengaruh orang lain. Contoh: ketika menonton acara binaraga dan olahragawan, anda tiba-tiba ingin berolahraga. Bisa jadi anda benar-benar memulainya kemudian selalu berlatih sampai mendapat berat badan dan kesehatan yang diinginkan. Bisa jadi pula kegiatan olahraga itu anda tinggalkan setelah melakukan beberapa kali. Pengaruh berpikir positif seperti ini bisa jadi negatif bagi sebagian orang yang terpengaruh orang lain, tapi kemudian kehilangan semangat dan merasa frustasi. Bisa juga berpengaruh positif dan mendorong seseorang untuk ikut memulai dan tidak membuang-buang waktu untuk sesuatu yang negatif atau berkeluh kesah. Justru ia terus berbuat, menganalisis, dan memperbaiki perbuatannya sampai ia berhasil meraih yang diinginkan.
- Berpikir Positif Karena Momen Tertentu
Pernahkah anda bertanya, mengapa perilaku manusia menjadi lebih baik di bulan Ramadhan dan bulan-bulan suci lainnya?
Momen tersebut memiliki ikatan spiritual dengan manusia. Tak seorang pun mau membuat Allah murka dan semua orang tentu ingin mendapatkan kebaikan yang banyak. Dengan demikian orang akan memerhatikan perilakunya dan akan berhati-hati dalam bersikap terhadap orang lain dan dirinya sendiri. Tetapi setelah bulan Ramadhan ia kembali seperti sedia kala, bahkan bisa lebih buruk. Mengapa demikian? Karena pikiran dan perilaku positifnya bergantung pada momen tertentu, bukan pada nilai-nilai yang berlaku sepanjang masa.
Selain bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki perilaku, berpikir positif yang berkaitan dengan waktu ini, bisa pula dimanfaatkan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan positif yang baru.
- Berpikir Positif Saat Menghadapi Kesulitan
Ketika seseorang mengidap penyakit berbahaya, kehilangan salah satu organ tubuhnya karena sebuah kecelakaan, atau kehilangan orang yang dicintai, ia melalui beberapa tahap kejiwaan yang bisa berlangsung sekian lama. Ia juga dapat berhenti pada sikap menerima, berusaha untuk tetap maju, berpikir positif, dan fokus pada upaya menyelesaikan masalah. Sebagian orang menghadapi masalah dalam hidupnya dengan sikap negatif dan menjadi dendam pada segala sesuatu. Pikirannya negatif, konsentrasinya pada kemungkinan terburuk, dan perasaannya negatif. Tentu saja hal ini memengaruhi perilaku dan semua sisi hidupnya.
Sebagian orang, ketika menghadapi musibah, semakin dekat kepada Allah. Selanjutnya ia memikirkan bagaimana menyikapi masalah yang sedang ia hadapi, berusaha mengambil manfaatnya, dan mengubahnya menjadi sebuah keahlian.
- Selalu Berpikir Positif
Inilah jenis berpikir positif yang paling baik dan paling kuat karena tidak terpengaruh oleh ruang, waktu, dan pengaruh lainnya. Ia telah menjadi kebiasaan. Ada masalah atau tidak, ia selalu bersyukur kepada Allah. Selanjutnya, ia berpikir mencari solusi dari segala kemungkinan hingga pikiran itu menjadi kebiasaan hidupnya. Orang yang memiliki kepribadian semacam ini akan menjalani hidup dengan damai, tenang, dan bahagia.
Saat kehidupan berjalan mulus, ia selalu melihat sisi positif kehidupan. Hal ini bukan berarti lari dari masalah, tetapi sebaliknya. Apapun masalah yang kita hadapi pasti ada jalan keluar melalui pintu spiritual. Ilmuwan Amerika, Wayne W. Dyer menulis dalam bukunya, “Di pintu spiritual terdapat jalan keluar dari semua persoalan.” Pernyataan ini benar. Sebab, seseorang yang mengindahkan aspek spiritual selalu bersikap positif dan tawakal kepadaAllah dalam menghadapi setiap persoalan. Dengan begitu, ia mampu mewujudkan impian hidup dan menjalaninya dengan ketentraman batin dalam setiap aspek kehidupan. -Rdn-
Referensi; Elfiky, Ibrahim. 2009. Terapi Perpikir Positif. Jakarta: Penerbit Zaman.
No comments:
Post a Comment