Pernahkah membayangkan kita harus menghibur seseorang yang benar-benar sedang putus asa dengan penyakitnya? Memang tak ada kata apapun yang bisa menghentikan airmata, tapi setidaknya ada alasan untuk membuat airmata itu tak mengalir lebih lama. Banyak kalimat yang kadang begitu menyakitkan didengar, bahkan untuk seseorang yang sehat sekalipun, seperti ‘umurmu tinggal tiga tahun, tiga bulan, atau bahkan hanya tinggal tiga hari’. Mungkin kalimat yang sering dikatakan oleh dokter itu dimaksudkan untuk berjaga-jaga saja, tapi dokter bisa berubah seperti malaikat maut dimata pasien.
Lalu kita sebagai teman, apa yang bisa kita katakan?
- “Kamu kuat, karenanya Tuhan beri kamu penyakit ini.”
Pasti kalimat ini sering didengar oleh pasien, tapi kalimat itu benar-benar sangat benar. Tuhan tak akan memberikan apapun kecuali ia sanggup memikulnya. Setiap orang memiliki fase dihidupnya. Dan jika penyakit itu dipilih Tuhan untuk hinggap ditubuhnya,bukankah ia spesial? Bagaimanapun ia berbeda dengan orang lain.
Disaat orang lain ingin mengakhiri hidup, mereka berjuang demi satu tarikan napas setiap harinya. Bukankah itu hebat?
Setiap menit setiap jam, mereka diam-diam terus bertanya sampai kapan mereka bertahan. Bukankah itu pertanda mereka begitu memaknai hidup?
Tentu saja karena mereka kuat, karena mereka pantang menyerah. Jadi kalimat kuno itu memang benar adanya, sehingga tak salah bila kita mengucapkannya berulang-ulang padanya.
- “Bukannya tidak adil, itu hanya karena Tuhan terlalu menyayangimu.”
Aku masih terlalu muda, bukankah ini tak adil, kalau orang lain bisa pergi bersama teman-temannya diluar, aku harus tetap diruangan karena kulitku tak tahan terkena sinar matahari.
Bukannya tak adil, itu hanya karena Tuhan terlalu menyayangimu.
Bagaimana bisa? Ya, karena setiap menitnya penyakit itu tak bekerja sendiri. Kalau ada malaikat yang biasanya bersama orang sakit, bukankah malaikat mereka jauh lebih banyak daripada kita?
Karena tak ada yang tak adil, semua karena sebab akibat. Kalau sakit karena salah makan, besok penyakit itu akan sembuh setelah kita berusaha menghindari makanan itu.
Tapi bagaimana jika alasannya tak dapat diketahui? Bukan karena stres atau salah makan. Dan satu-satunya jawaban hanyalah karena Tuhan terlalu menyayangimu.
- “Karena kalau Tuhan sudah sangat rindu, Ia bisa memelukmu kapan saja.”
Bayangkan kalau Tuhan sangat mencintaimu, kemudian sangat merindukanmu sampai Ia ingin kamu juga balas merindukannya, bukankah penyakit itu adalah jawaban yang cocok? Dengan kesakitan itu kamu tetap mengeluh, berdoa, dan terus berusaha untuk tetap sehat.
Dan kalau Tuhan sudah sangat rindu, kamu tahu Ia akan memanggilmu, lalu Ia akan memelukmu kapan saja yang Ia kehendaki.
- “Tak perlu menyerah, semua ingin kamu berjuang, termasuk Tuhan.”
Jangan sampai sengaja melupakan jadwal minum obat. Jangan sampai melanggar larangan dokter. Jangan sampai menimbulkan kambuh. Jangan sampai ini itu. Jangan menyerah dan tak perlu menyerah.
Hidup itu cukup mahal. Atau mungkin sangat mahal. Tapi semahal apapun, meski se-ember airmata, mungkin tak dapat menebusnya. Hanya perjuangan saja yang sanggup membayarnya. Dan perjuangan itu adalah keinginan setiap orang, bahkan Tuhan sekalipun.
- “Kenapa kamu? Haruskah aku juga bertanya kenapa bukan aku? Tentu saja karena Tuhan tak yakin padaku.”
Kenapa aku? Kenapa bukan orang lain saja? Bukankah selama ini aku baik? Aku tak pernah stres atau salah makan, jadi kenapa aku? Kenapa pula harus penyakit langka ini?
Kenapa kamu? Haruskah aku juga bertanya kenapa bukan aku? Tentu saja karena Tuhan tak yakin padaku, karena itu Ia tak pernah memberikan penyakit itu padaku.
- “Entah napas orang lain, tapi napasmu begitu berarti.”
Ada orang-orang yang diharapkan menghilang, mati, atau bahkan musnah dan tak pernah lahir ke dunia. Tapi berbeda denganmu, bukankah satu orang saja cukup memberimu asalan untuk tetap berjuang? Karena napasmu begitu berarti untukku. Dan aku salah satu, atau tak apa aku hanya satu-satunya, karena sekali lagi napasmu begitu berarti.
- “Ibarat firasat, bukankah Tuhan memberitahumu jauh lebih cepat daripada orang lain?”
Entah perkataan dokter benar atau salah, tapi setidaknya gambaran itu sedikit lebih jelas daripada orang lain. Orang diluar sana bisa saja meninggal karena mendadak tersedak, tersandung, atau bahkan jatuh. Tapi berbeda denganmu, penyakit itu seperti alarm yang telah disetting Tuhan untukmu.
Alarm yang kemudian menjadi pengingat, bahwa apapun tak ada yang abadi di dunia. Bahwa semuanya akan kembali ketempat asal. Ibarat firasat, bukankah Tuhan memberitahumu jauh lebih cepat daripada orang lain? -Rdn-
No comments:
Post a Comment