Mengeluh seperti sifat yang sudah melekat kuat dalam diri manusia. Seperti tidak ada yang tidak pernah mengeluh, tetapi manusia harus terus berusaha untuk tidak mengeluh, meski sejatinya ia ingin mengeluh atau bahkan berhak untuk mengeluh. Lebih dari hak itu, manusia memiliki kewajiban untuk bersyukur. Diatas segala hal yang membuat manusia ingin mengeluh, tentu saja ada hal-hal yang lebih banyak untuk disyukuri. Mengeluh seperti sifat yang dinilai kurang sabar dan kurang menerima keadaan, lalu mana yang lebih dulu? Dan kepada siapa kita bersyukur?
Via satujam.com
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu sedikit saja bersyukur, pasti Aku akan menambahkan kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(Q.S. Ibrahim 14:7)
Demikian firman Allah S.W.T dimana Ia berjanji akan menambahkan, jika kita bersyukur. Menambahkan apa dan bersyukur kepada siapa? Allah tidak menunjuk dirinya sendiri didalam ayat, boleh saja kita bersyukur terhadap orang-orang disekitar kita. Misal bagaimana kita menghargai tetangga yang selalu baik, menghargai orangtua yang selalu bersabar mengasuh, menghargai guru yang selalu berusaha membimbing. Bersyukur adalah rasa berterima kasih yang tidak hanya diberikan kepada Allah dengan kalimat Alhamdulillah semata. Bersyukur juga bermanifestasi menjadi suatu sikap, pola pikir, dan perilaku sehari-hari.
Lalu apa yang akan ditambahkan oleh Allah? Tergantung apa yang ingin ditambahkan kepadamu? Ada orang yang dengan rendah hati merasa cukup akan hartanya, sehingga ia ingin lebih ditambahkan ilmunya. Ada orang yang ingin ditambahkan kesabarannya, karena ia orang yang nyaris selalu marah dalam setiap keadaan. Ada pula orang yang ingin diberi anak oleh Allah, meski orang tersebut mampu mengadopsi sepuluh anak bukan dari istrinya. Dan masih banyak lagi hal-hal yang bersifat kondusif bagi setiap orang. Maka dari itu, Allah tidak mengatakan akan menambahkan air hujan, sungai, atau hal-hal yang hanya bersifat materi.
Lalu apa yang akan terjadi jika seseorang tidak bersyukur? Sesungguhnya azab Allah sangat pedih. Tidak bersyukur? Sesungguhnya... dalam ayat tersebut tidak ada sebab akibat, karena tidak ada kata ‘FA’ setelah kata ‘mengingkari’. Tidak ada kata ‘maka’, Allah hanya menyampaikan bahwa azab-Nya sangat pedih. Kalau tidak bersyukur, tidak ada yang terjadi, tetapi setiap muslim harus ingat bahwa azab-Nya sangat pedih.
Karena jika pernyataan Allah tersebut berisi sebab akibat, sudah berapa banyak orang yang celaka karena hampir setiap saat mengeluh? Siang hari mengeluh panasnya terik matahari dan jika matahari tidak kunjung muncul, maka mengeluh pula kenapa sehari terus saja mendung. Allah selalu memberi waktu hamba-Nya untuk belajar bersyukur, sembari mengingat bahwa azab Allah itu pedih.
Sabar atau Syukur dulu?
Seperti khutbah Nabi Musa sesaat setelah kaum Bani Israil melewati lautan yang terbelah dan bebas dari kejaran pasukan Fir’aun. Nabi Musa menggunakan khutbah tentang syukur, bukan tentang kesabaran meski saat itu kondisi kaumnya sedang dalam kondisi trauma karena banyaknya penderitaan yang didapat dari kekejaman Fir’aun. Karena kebanyakan orang akan lebih bisa bersabar kalau ia bersyukur lebih dulu.
Meski beberapa orang memilih sebaliknya, seperti dengan belajar bersabar lebih dulu, ia akan mengerti berapa banyak nikmat yang telah diberi sehingga ia mulai bersyukur. Allah selalu tahu keadaan hambanya, tidak apa mengeluh sesekali, tetapi bersyukur harus selalu diusahakan.
Oleh: Retno Dwi Ningsih dari kajian Ustadz Nouman Ali Khan.
No comments:
Post a Comment